dc.contributor |
Fakultas Psikologi |
|
dc.contributor |
|
|
dc.creator |
Mustafa, Firda Latifa |
|
dc.creator |
Halimah, Lilim |
|
dc.date |
2018-01-26 |
|
dc.date.accessioned |
2019-09-10T02:39:11Z |
|
dc.date.available |
2019-09-10T02:39:11Z |
|
dc.identifier |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/9419 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/21646 |
|
dc.description |
Abstract. In early adulthood, people have begun to fulfill their developmental tasks relating to spouses and occupations. In fact, many early adult women in the EXO-L Bandung community have strong affective involvement in their interactions with EXO members or called parasocial relationship (PSR). They made EXO a top priority in spending money, doing fanwar, feeling what EXO felt, making EXO members as ideal, and spending a lot of time accessing EXO-related stuff, so the time to socialize with the social environment was reduced. They tend to stay in the social environment and switch to the use of social media to meet the needs of intimacy and friendship. In addition, they become irritable, unaware of people's ridicule, and only friends with fellow K-Pop fans only. The purpose of this study is to obtain empirical data on the close relationship between social skills with parasocial relationship (PSR) in early adult women in EXO-L Bandung community. The concept of the theory used is Social skill that Wu (2008) and Parasocial relationship proposed by Tukachinsky (2010). The method used is a quantitative method with a population of 41 people. The measuring tool used in this research is Social Skill Scale from Wu (2008) and Multiple Parasocial Relationship Scale (MPR-S) from Tukachinsky (2010). Based on data analysis done by using Rank Spearman correlation technique (1-tailed) known correlation coefficient value equal to rs = - 0.536 with significance value equal to 0.000 (p <0.01). These results show that the hypothesis is accepted, meaning there is a negative relationship between social skills and parasocial relationship, the lower the social skill the stronger the degree of parasocial relationship.Keywoerds: Social skill, Parasocial Relationship, Early Adulthood WomenAbstrak. Pada masa dewasa awal, manusia sudah mulai memenuhi tugas perkembangannya yang behubungan dengan pasangan hidup dan pekerjaan. Kenyataan yang terjadi, masih banyak wanita dewasa awal di komunitas EXO-L Bandung memiliki keterlibatan afektif yang kuat dalam interaksinya dengan anggota EXO atau disebut dengan parasocial relationship (PSR). Mereka menjadikan EXO sebagai prioritas utama dalam membelanjakan uang, melakukan fanwar, merasakan apa yang EXO rasakan, menjadikan anggota EXO sebagai sosok ideal, dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengakses hal yang berkaitan dengan EXO, sehingga waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya pun berkurang. Mereka cenderung diam di lingkungan sosial dan beralih ke penggunaan media sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan intimacy dan persahabatannya. Selain itu, mereka menjadi mudah marah, tidak sadar akan cemoohan orang, dan hanya berteman dengan sesama penggemar K-Pop saja.Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh data empiris mengenai keeratan hubungan antara social skill dengan parasocial relationship (PSR) pada wanita dewasa awal di komunitas EXO-L Bandung. Konsep teori yang digunakan adalah Social skill yang dikemukakan Wu (2008) dan Parasocial relationship yang dikemukakan oleh Tukachinsky (2010). Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jumlah populasi 41 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social skill Scale dari Wu (2008) dan Multiple Parasocial relationship Scale (MPR-S) dari Tukachinsky (2010). Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman (1-tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar rs = - 0.536 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, artinya terdapat hubungan negatif antara social skill dan parasocial relationship, semakin rendah social skill maka semakin kuat derajat parasocial relationship yang dimiliki.Kata kunci: Social skill, Parasocial Relationship, Wanita Dewasa Awal |
|
dc.description |
Pada masa dewasa awal, manusia sudah mulai memenuhi tugas perkembangannya yang behubungan dengan pasangan hidup dan pekerjaan. Kenyataan yang terjadi, masih banyak wanita dewasa awal di komunitas EXO-L Bandung memiliki keterlibatan afektif yang kuat dalam interaksinya dengan anggota EXO atau disebut dengan parasocial relationship (PSR). Mereka menjadikan EXO sebagai prioritas utama dalam membelanjakan uang, melakukan fanwar, merasakan apa yang EXO rasakan, menjadikan anggota EXO sebagai sosok ideal, dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengakses hal yang berkaitan dengan EXO, sehingga waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya pun berkurang. Mereka cenderung diam di lingkungan sosial dan beralih ke penggunaan media sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan intimacy dan persahabatannya. Selain itu, mereka menjadi mudah marah, tidak sadar akan cemoohan orang, dan hanya berteman dengan sesama penggemar K-Pop saja.Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh data empiris mengenai keeratan hubungan antara social skill dengan parasocial relationship (PSR) pada wanita dewasa awal di komunitas EXO-L Bandung. Konsep teori yang digunakan adalah Social skill yang dikemukakan Wu (2008) dan Parasocial relationship yang dikemukakan oleh Tukachinsky (2010). Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jumlah populasi 41 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social skill Scale dari Wu (2008) dan Multiple Parasocial relationship Scale (MPR-S) dari Tukachinsky (2010). Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman (1-tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar rs = - 0.536 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, artinya terdapat hubungan negatif antara social skill dan parasocial relationship, semakin rendah social skill maka semakin kuat derajat parasocial relationship yang dimiliki. |
|
dc.format |
application/pdf |
|
dc.language |
eng |
|
dc.publisher |
Universitas Islam Bandung |
|
dc.relation |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/9419/pdf |
|
dc.rights |
Copyright (c) 2018 Prosiding Psikologi |
|
dc.source |
Prosiding Psikologi; Vol 4, No 1, Prosiding Psikologi (Februari, 2018); 224-232 |
|
dc.source |
Prosiding Psikologi; Vol 4, No 1, Prosiding Psikologi (Februari, 2018); 224-232 |
|
dc.source |
2460-6448 |
|
dc.subject |
Psikologi |
|
dc.subject |
Social skill, Parasocial Relationship, Wanita Dewasa Awal |
|
dc.subject |
|
|
dc.subject |
Social skill, Parasocial Relationship (PSR), Wanita Dewasa Awal |
|
dc.title |
Hubungan antara Social Skill dengan Parasocial Relationship (PSR) pada Wanita Dewasa Awal di Komunitas Exo-L Bandung |
|
dc.title |
Hubungan antara Social Skill dengan Parasocial Relationship (PSR) pada Wanita Dewasa Awal di Komunitas EXO-L Bandung |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/article |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/publishedVersion |
|
dc.type |
Peer-reviewed Article |
|
dc.type |
Kuantitatif |
|
dc.type |
|
|