Abstract. In general, the sudden loss of the father in adolescence can lead to despair, feelings of sadness, withdrawal, the risk of social disturbance, stress, declining achievement, school problems, emotional problems that will hinder the fulfillment of their developmental tasks. Along with the loss of adolescent father has to face changes in adolescence. Along with the loss of adolescent father has to face changes in adolescence. This condition can change the individual to be depressed. But these teenagers in this field, they are able to face the pressure and pass through the downturn experienced. It shows that teenagers are able to get back up and succeed despite the pressure after the loss of the father. This phenomenon is called resilience. According to Benard, resilience can be seen from personal strength owned by individuals. Resilience is the ability of individuals to be able to rise again and get better amidst stressful situations and many obstacles. The purpose of this study is to obtain an overview of resilience among adolescents in Babakan Ciparay village. The method used in this research is descriptive method with the subject of research as many as 18 teenagers. Measuring instrument that used in this research was the questionnaire of resilience made by researcher based on the theory of resilience by Bonnie Benard with 91 valid items and reliability of 0,921. The results showed that 15 adolescents were included in the category of resilient. That is, teens are able to bounce back and become even better in the face of pressing situations and many obstacles.Keywords : Resilience, Adolescence, Kelurahan Babakan CiparayAbstrak. Pada umumnya, kehilangan ayah secara mendadak pada remaja dapat mengakibatkan putus asa, perasaan sedih, menarik diri, resiko gangguan sosial, stres, menurunya prestasi, masalah disekolah, masalah emosi yang akan menghambat dalam memenuhi tugas perkembangannya. Bersamaan dengan kehilangan ayah remaja harus menghadapi peralihan masa remaja. Kondisi ini dapat merubah individu menjadi tertekan. Namun remaja dikelurahan ini, mereka mampu untuk menghadapi tekanan dan melewati keterpurukan yang dialami. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja mampu untuk kembali bangkit dan berhasil walaupun menghadapi tekanan setelah kehilangan ayah. Fenomena ini disebut dengan resiliensi. Menurut Benard, resiliensi dapat dilihat dari personal strength yang dimiliki oleh individu. Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk dapat bangkit kembali dan menjadi lebih baik ditengah situasi yang menekan dan banyak halangan dan rintangan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai resiliensi pada Remaja di Kelurahan Babakan Ciparay. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan subjek penelitian sebanyak 18 remaja. Pengumpulan data menggunakan alat ukur yang dibuat peneliti berdasarkan teori resiliensi dari Benard. Alat ukur tersebut memiliki 91 item valid dengan reliabilitas sebesar 0,921. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 remaja termasuk kedalam kategori resilien. Artinya, remaja mampu untuk bangkit kembali dan menjadi lebih baik walaupun ditengah situasi yang menekan serta banyak halangan dan rintangan.Kata Kunci : Resiliensi, Remaja, Kelurahan Babakan Ciparay
Pada umumnya, kehilangan ayah secara mendadak pada remaja dapat mengakibatkan putus asa, perasaan sedih, menarik diri, resiko gangguan sosial, stres, menurunya prestasi, masalah disekolah, masalah emosi yang akan menghambat dalam memenuhi tugas perkembangannya. Bersamaan dengan kehilangan ayah remaja harus menghadapi peralihan masa remaja. Kondisi ini dapat merubah individu menjadi tertekan. Namun remaja dikelurahan ini, mereka mampu untuk menghadapi tekanan dan melewati keterpurukan yang dialami. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja mampu untuk kembali bangkit dan berhasil walaupun menghadapi tekanan setelah kehilangan ayah. Fenomena ini disebut dengan resiliensi. Menurut Benard, resiliensi dapat dilihat dari personal strength yang dimiliki oleh individu. Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk dapat bangkit kembali dan menjadi lebih baik ditengah situasi yang menekan dan banyak halangan dan rintangan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai resiliensi pada Remaja di Kelurahan Babakan Ciparay. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan subjek penelitian sebanyak 18 remaja. Pengumpulan data menggunakan alat ukur yang dibuat peneliti berdasarkan teori resiliensi dari Benard. Alat ukur tersebut memiliki 91 item valid dengan reliabilitas sebesar 0,921. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 remaja termasuk kedalam kategori resilien. Artinya, remaja mampu untuk bangkit kembali dan menjadi lebih baik walaupun ditengah situasi yang menekan serta banyak halangan dan rintangan.