Abstract:
Larutan sisa magma atau larutan hydrothermal yang naik ke permukaan bumi melalui
struktur seperti patahan, rekahan maupun kontak litologi selain mengubah batuan yang
dilaluinya juga secara fisika dan kimia akan menentukan properties endapan bijih yang
membentuk zona-zona tertentu. Terlebih bila adanya penetrasi serta bercampur dengan air meteorik atau air tanah selain mempercepat proses pendinginan juga terjadi proses oksidasi dengan inten dalam sekala waktu geologi sehingga mengubah tipe endapan bijih emas yang tadinya bersifat high sulfidation menjadi endapan bijih emas yang bersifat oksida. Berkenaan dengan berbagai kondisi tersebut, maka berikutnya berimplikasi dan
mempengaruhi pada proses pengolahan atau ektraksi bijih emas tersebut. Bijih emas yang bersifat oksida dapat dengan secara langsung diekstrak menggunakan metoda heap leach dengan feed berukuran bongkah ±25 cm sedangkan bijih emas dengan kondisi antara sulfida dan oksida (transisi) perlu adanya proses persiapan khusus (special preparation) antara lain perlu adanya proses secondary crushing bahkan tertier crushing mencapai fraksi ukuran bijih -200 mesh. Oleh karenanya rantai proses pengolahan atau ektraksi bijih emas transisi menjadi panjang yang mengakibatkan tidak efisien secara teknis ataupun ekonomis yang pada akhirnya mengakibatkan konservasi energi, konservasi mineral dan konservasi SDAir tidak dapat terwujud. Berkenaan dengan hal tersebut maka penelitian ini mengidentifikasi bijih emas yang berasal dari Tambang Tumpang Pitu, Banyuwangi, Jawa Timur dengan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh zona alterasi terhadap recovery Au, Ag dan Cu proses ekstraksi heap leach metoda uji pulverized botlle roll test (PBRT) dan column test (CT) dengan variable selain jenis atau zona alterasi bijih juga adalah fraksi ukuran butir mineral/bijih, lama waktu leaching serta konsentrasi NaCN. Adapun urgensi dari penelitian ini selain untuk mencari nilai optimal dari variable-variable yang berpengaruh juga adalah untuk dapat menentukan besar dosis penggunaan portland cement (PC) dan besar dosis penggunaan NaCN (kg per ton bijih emas). Dengan demikian penelitian ini, diharapkan dapat membantu para pihak terutama kalangan industri pertambangan (industri ektraksi logam emas) dalam hal upaya penghematan bahan baku (reagen) dan juga energi, sehingga secara keseluruhan proses pengolahan bijih emas dapat dengan lebih optimal, akurat, murah serta efisien dengan tidak meninggalkan konsep konservasi energi dan konservasi mineral. Adapun metodologi dari penelitian ini mencakup pengumpulan data dengan cara sampling conto batuan/bijih, percobaan penggilingan, percobaan proses ekstraksi heap leach PBRT dan CT, analisis XRD, XRF, petrografi, mineragrafi, analisis geokimia (AAS, fire assay). Data yang terkumpul dianalisis, diolah, dibahas kemudian ditentukan simpulannya. Adapun rencana luaran wajib sesuai dengan TKT-nya yang berada di level 4, maka insya Alloh luaran wajib yang dibuat berupa suatu artikel yang diterbitkan pada jurnal nasional/internasional bereputasi, terindeks Scopus dan Sinta (status reviewed). Dengan berpedoman pada latar belakang sebagaimana uraian di atas,
maka tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) masuk ke bidang teknologi jenis umum dan hard engineering, yang dari hasil pengukuran TKT-nya menyimpulkan berada di level 4
dengan nilai kumulasi persentase terpenuhi adalah 83%, status TKT dari penelitian ini
termasuk validasi komponen/subsistem dalam lingkungan laboratorium dengan indikatornya menunjukan kepada berbagai hal a.l. penelitian ini dapat diterapkan pada teknologi dalam lingkungan yang relevan. Perolehan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan sample bijih emas berasal dari endapan hidrotermal antara intermediate high sulfidation epithermal-high sulfidation epithermal yang terletak pada zona alterasi argilic dan advance argilic. Kemudian dilakukan pengujian metalurgi menggunakan metpda pulverized bottle roll test dengan variasi fraksi ukuran butir bijih, konsentrasi NaCN serta waktu leaching. Hasilnya menunjukan bahwa sample bijih emas SCO-SCA yang berasal dan terletak di zone argillic dan advanced argillic dengan kadar Au = 0,94-0,565 ppm, Cuviii 68-184,5 ppm, kuarsa 51,2-74,8% dan lempung 47,3-19,4% setelah digiling halus dan diayak P80(100, 150 dan 200 mesh) dan di-leaching dengan konsenttrasi sianida 500, 750 dan 1000 ppm memberikan nilai kumultaif recovery optimum Au= 75-90,35% (pada konsentrasi sianida 500 ppm dan fraksi P80/100 mesh). Sedangkan sample MSO dan MSA bijih emas teralterasi hidrotermal yang terletak di zone advanced argillic kadar Au = 0,82- 0,24 ppm, Cu 885,5-606,5 ppm, kuarsa 93,2-64,2% dan lempung 3,7-30,4% memberikan nilai recovery optimum Au = 83-79,79% (pada konsentrasi sianida 500 ppm dan fraksi P80/100 mesh). Demikan juga dari hasil pengujian metalurgi metoda column test, sample SCO bijih emas teralterasi hidrotermal jenis argilic vuggy-massive high silica-alunite relatif lebih cepat larut (di hari ke tiga sudah mencapai recovery 60%) sedangkan sample MSO bijih emas teralterasi hidrotermal jenis advanced argillic high silica- clay-alunite, recovery Au 60% dicapai pada hari ke tujuh. Mineral kuarsa sebagai pembawa mineral Au, Ag, Cu yang berasossiasi dengan mineral teralterasi seperti lempung (kaolin, alunit, illit) dan jenis zona alterasi, berpengaruh langsung terhadap kecepatan keterlarutan, konsumsi semen PC, konsumsi NaCN serta tingkat recovery dari ekstraksi proses heap leach