Abstract:
Dalam beberapa waktu kegelisahan masyarakat terhadap arah kebijakan pemerintah terus meningkat. Forum publik, media sosial, dan pernyataan LSM mengungkapkan ketidakpuasan terhadap pemerintah baik Pusat maupun Daerah dalam menangani isu-isu strategis.
Ketidakpercayaan publik banyak disebabkan oleh buruknya komunikasi Pemerintah dalam menyelesaikan berbagai kasus.
Ditengah era keterbukaan informasi dan media sosial yang serba cepat, publik menuntut transparasi, empati dan kemampuan menjelaskan secara lugas bukan sekedar jargon pembangunan.
Gaya komunikasi Dedi Mulyadi dengan segala dinamika dan polemiknya menjadi contoh penting bagaimana pemimpin "hadir" secara fisik dan emosional mampu mengisi kekosongan kepercayaan publik. Julukan "Bapak Aing" menunjukkan betapa pentingnya komunikasi yang memanusiakan dalam merajut kepercayaan publik.