| dc.contributor.author | Prasetyo, Bobby Agung | |
| dc.date.accessioned | 2016-12-01T08:18:09Z | |
| dc.date.available | 2016-12-01T08:18:09Z | |
| dc.date.issued | 2016 | |
| dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/123456789/5345 | |
| dc.description.abstract | “Mau dibawa ke mana, hubungan kita?” Syahdan, sepenggal lirik lagu “Mau Dibawa Kemana” milik grup band Armada tersebut seolah mewakili pertanyaan tentang arah musik Indonesia yang saat ini tak hanya konsisten dalam satu jalur. Hal tersebut konon menjadi perdebatan tersendiri, mengingat korelasi antara pasar dan minat seseorang dalam mendengarkan musik tak melulu selaras. Pada titik inilah, tak terkecuali, media turut serta dalam mengambil peran. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis Van Dijk, penulis akan membedah teks pada artikel di Kanal Feature Disorder Zine demi menelaah makna perlawanannya terhadap kultur musik pop Indonesia. Selain itu, penulis juga berniat untuk membahas implikasi media alternatif tersebut terhadap lingkup sosial masyarakat saat ini. Disorder Zine mengambil konsep mandiri serta kolektif dari kedua pendirinya, Zaka Sandra Novian dan Raka Ibrahim. Tak jauh beda dengan zine pada umumnya, Disorder pun merupakan sesuatu yang terus berusaha mencari ‘jalan lain’ dari arus mainstream. Setelah analisis teks dilakukan, pada akhirnya nanti kita akan melihat makna serta ideologi tersendiri dari zine pengusung topik musik dan budaya independen tersebut. | en_US |
| dc.publisher | Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (UNISBA) | en_US |
| dc.subject | Analisis Wacana Kritis, Resistensi, Musik Pop Indonesia, Disorder Zine, Media Alternatif | en_US |
| dc.title | Distorsi Nada Dalam Catatan Minor Analisis Wacana Kritis Van Dijk Mengenai Resistensi Disorder Zine Sebagai Media Alternatif Terhadap Kultur Musik Pop Indonesia | en_US |
| dc.type | Article | en_US |